Selasa, 13 Oktober 2009

Untuk saudara-saudaraku di Padang

Kemarin baru saja kami tertawa
Tapi hari ini air mata tak kuasa kami tahan
Kemarin baru saja kami tersenyum
Tapi hari ini, jiwa merasa meronta-ronta kehilangan jejak
Padang, untuk semua kenangan yang ada
Kuasa-Mu telah menggoyang tanah Minang kami
Tujuh koma enam skala ricther
Semua luluh lantah, rata, habis tak tersisa
& dari balik puing-puing itu, kami hanya bisa menangis
Tak kuasa tubuh ini menopang lagi

Tubuh-tubuh berjatuhan, tergeletak dimana-mana
Tangis anak-anak kecil semakin mengiris hati
Tapi, semua tak perlu terus ratapi
Genggamlah tangan-tangan kami

Mungkin Tuhan lelah melihat tingkah laku kami
Mungkin Tuhan marah pada kami
Atau mungkin Tuhan menyayangi kami ?
Ahh, yang kami yakini,
Tuhan masih menggenggam jari-jemari yang lemah ini
Usah sedih dan takut
Karena mentari masih setia menyinari Minang kami
& Asa kami, akan tumbuh tinggi menembus langit

NSO 2009

NSO 2009

M m . .
Gak kerasa udah jadi mahasiswi lagi ,
gak pake seragam putih abu lagi,
gak akan di pulangin lagi ma Bu Titin kalau dateng terlambat ,
gak akan bisa jajan gorengan lagi di Bi Toto ,
gak akan bisa kabur dari pelajaran n nongkrong di kantin lagi ,
de el el
selamat tinggal masa SMA- ku
selamat datang status mahasiswi . . .

aku bersyukur punya posisi aman saat semester dua dulu,
saat semua temen-temen kelasku sibuk mencari universitas dengan menghambur-hamburkan uang, aku sudah duduk manis tak peduli akan test snmptn atau lainnya,
yupz,
aku di terima di Politeknik Telkom melalui jalur jppa-n pada bulan Februari lalu hanya dengan mengeluarkan uang sebesar Rp. 16.250.000 ,-
menurutku, uang segitu tidak sebanding dengan peluang kerja dan fasilitas ang di berikan oleh Politeknik Telkom.
Dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh teman-temanku yang mencapai puluhan juta, poltek telkom cukup murah.

Tibalah masa-masa ospek mahasiswa/i baru yang disebut NSO (New Student Orientation).
14 Agustus 09 lalu, aku berangkat dari rumahku yang terletak di Jl. Yudhawastu Pramuka 2 (setelah telkom yang terletak di jl. Supratman) pada pukul 5.00,
Aku tidak langsung ke kampus, melainkan menunggu teman di jembatan.
Kami berjalan bersama-sama dan melihat pembagian kelompok yang menurutku sangat jahat sekali.
Aku tercatat dalam kelompok 27 sehingga menuntutku bersosialisasi lagi dengan teman baru di kelompok tersebut.
Aku sangat bersyukur karena pada saat aku berdesakan di kerumunan teman-teman yang mencari namanya, seorang kakak menawarkan sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan, aku di tawarkan menjadi perwakilan mahasiswi untuk penyematan tanda bahwa Nso 2009 telah resmi di buka.
Belakangan aku tahu nama kakak yang baik hati telah memilihku, namanya ka iam (DMT). Dari awal, aku sudah merasa tidak cocok ada di depan mahasiswa/i baru yang lain. Mungkin karena aku merasa ada yang lebih baik dari aku.
Tapi, ka Naufal membantu kami (aku dan Nazwir- perwakilan maba putra) untuk menunjukkan yang terbaik.
Lalu ka Geni datang dan memperkenalkan diri, kesan pertamanya adalah beliau sangat “tiis” dan tidak murah senyum.
Cukup lama aku dilatih paskibra oleh ka Naufal dan alhasil, semua berjalan dengan baik. Tidak ada kesalahan.
Setelah semua selesai, aku menghampiri guard team batch 27, namanya Ka Aditya Herlambang. Aku juga berkenalan dengan semua teman-teman cewe yang ada dalam kelompok tersebut. Semuanya nge-kost dan berasal dari kota Medan dan Aceh. Aku tidak begitu paham pembicaraan mereka, sehingga aku memilih untuk sedikit menjadi aku yang pendiam.
Setelah lebih banyak mendengarkan, kami dibagikan T-shirt NSO, topi dan block note. Jam 11 pun berlalu, setelah mendengar dan melihat kakak-kakak panitia memperkenalkan diri, kami mencatat dengan tergesa-gesa. Alhasil, kami merasa lelah dan alhamdulillahnya kami mendapakan makan siang (tapi aku memilih memakan bekal yang disiapkan oleh ibu).
Kami belum begitu paham dengan tugas-tugas saat NsO, karena itu kakak GT kami mengajak kami bertemu kembali di kampus. Untungnya kami semua sudah berkenalan saat makan siang, sehingga tidak cukup sulit untuk kami bekerja sama untuk peralatan besok.
Ketua kelompok kami, Fresly (yang dipilih oleh kakak GT kami) mengajak kami berkumpul kembali keesokan harinya di kampus. Untung ada sahabat setiaku yang rela mengantarku ke kampus di siang bolong. Tapi, sebagai orang Indonesia, mungkin kami tidak bisa lepas dari budaya ngaret. Kami menunggu selama 2 jam di bawah terik matahari. Sungguh perjuangan yang berat.
Setelah berkumpul semua, kami berjalan ke kostan Tya yang berada di kawasan sukabirus. Jauh banget pokonya mah . Hehehe
Kami membuat nametag berbentuk play station berwarna hitam. Disana handphoneku tidak mendapatkan sinyal. Apa sinyal Indosat tidak terdaftar di sekitar Telkom ? ?. ya ampun, susah payah aku mendapatkan sinyal dengan nongkrong di beranda depan kostan Tya. Ternyata 1 hari tidak cukup untuk membuat peralatan untuk hari Senin.
Lagi-lagi kami berjalan ke kostan Tya. Kostan mewah dengan letak sangat jauh. Aku tidak habis berpikir, bagaimana lelahnya jika Tya terlambat datang ke kampus karena perjalanan jauh ini ? ? dia harus berlari atau mungkin berangkat lebih awal dari teman-teman yang kostannya tidak jauh dari kampus.
Bener-bener, tugas NSO menyita waktu kami lagi, untungnya kami punya sie transportasi dan sie dekorasi. Hehe
Akhirnya kelar juga tugasnya. Tapi aku pulang sangat malam, pukul 9 malam.
Untungnya ada mang ojeg. Hehe . Tino – sahabatku seia menugguku hingga larut malam. Tapi, karena kami berpapasan jalan, terpaksa aku pulang naik angkot dan dia tetap menungguku di kampus. Sungguh hari yang menyedihkan setelah aku di tegur oleh kakak bekaca mata. Hiks . . Hiks . .
Akhirnya senin pun datang, tas karung dan name tag yang kami buat kemarin menemani kami sepanjang masa-masa NSO.
Dan lagi-lagi, aku kena hukuman. Aku diantar orang tua sampai gerbang. Sebenernya saat aku datang, tidak ada kakak-kakak panitia yang terlihat di depan gerbang. Tapi mungkin saatnya bersikap jujur dan bertangggung jawab, kami push up sampai 15 kali. Aku kena hukuman lagi, aku merasa kerudungku kurang panjang, walaupun tidak transparan. Akhirnya aku ikut hukuman selanjutnya, push up 11 kali.
Ka Adit sama sekali tidak marah padaku, tapi mungkin nilai aku jadi berkurang lagi. Salahku juga sih . . hehe
Hari selanjutnya, sungguh aneh, aku tidak melakukan pelanggaran. Hehe
Tapi, keesokan harinya, aku tidak mendengar larangan kalau tidak boleh membawa dompet, mungkin saat itu aku sedang di hukum. Dan bodohnya, aku tidak bertanya pada teman-teman yang lain.
O iya, ada hal paling lucu saat ospek kemarin.
Tiba-tiba kami disuruh membawa kardus, coba tebak untuk apa ? ?
Kardus itu digunakan untuk membuat kreasi masa depan.
Sama sekali tidak terbayangkan benda seperti apa yang harus kami buat.
Kami berjalan menuju tempat teduh, tepatnya di koridor kampus.
Kami duduk manis disana. Salah satu temanku mengambil kardus dan menggunakannya sebagai alas tidur, hal itu di ikuti oleh teman yang lain.
Sampai detik-detik terakhir, kami tidak juga mendapat ide, tapi Joko dan Dirga inisiatif membuat mobil terbang. Jati, Fresly dan Toni membuat garasinya. Haha
Kelompok 26 sudah mempresentasikan kreasi mereka, tapi kami tetap belum selesai membuat mobil.
Tiba-tiba Dirga marah dan mengubah konsep dan kreasi kami.
Mungkin dia panik karena tugas kami belum selesai.
Dirga dan Joko membuat teropong serba guna. Tapi, mungkin akan sulit mempresentasikan manfaatnya.
Kami masih di beri waktu menyelesaikan mobil kreasi kami.
Untung ada Roger yang cukup kreatif dalam mempresentasikan keunggulan mobil rancangan kami.
Tau gak apa yang dia bilang ?
“Mobil kami ini adalah mobil yang ramah lingkungan, karena selaiu terbuat dari kardus, mobil ini tidak membutuhkan bahan bakar seperti bensin, melainkan dengan sebuah remote kontrol yang sangat kecil dan di tempelkan di kepala, lalu memikirkan arah tujuan mobil lalu berdo’a. Insya allah mobil tersebut akan bergerak dengan sendirinya. Itu juga kalau do’anya orang sholeh . . .”.
lalu dia menjelaskan tentang teropong kami yang diubah menjadi robot pasangan bagi si mobil do’a.
Begitu katanya.
Sungguh terlalu.